(CERPEN) 2920 Hari

Oleh : Kholis Kurnia Wati Langit abu-abu bergemuruh, berseru bersama angin mendayu-dayukan ribuan tetes air yang luruh dari langit. Banyak orang menyebutnya sebagai Rahmat Tuhan. Ada juga yang mengatakan itu sebuah kesialan. Monolog-monolog manusia memang membingungkan. Seperti langit abu-abu tak menentu. Gemercik luruhan tangis sang langit tak hanya menyerbak sebagai berkan ataupun kesialan. Bagi dua orang yang saling tatap di beranda kedai kopi, hujan menjadi penyelamat keduanya dari keheningan. Setidaknya rasa cangung diantara keduanya berkurang sebab berhantamnya air hujan dengan tanah seperti memori klasik yang terulang kembali. Namun dengan situasi yang beda. Jantung yang tak lagi berdebar. Gugup yang tak lagi menghantam dan juga gemetar yang tak lagi menjadi alasan. Mata hitam pekat yang dulu hangat kini hanya tingg...